Tugas 3 Softskill Kesehatan Mental (Hubungan Interpersonal)
Hubungan
Interpersonal
A. Model model
hubungan interpersonal
1.
Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal
diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2.
Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai
naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu
bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik
peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan
dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan
peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
3.
Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan
analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan
individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam
permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua
atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa
(bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian
yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi
intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4.
Model Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal
sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan
medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan
permainan.
B. Memulai
Hubungan
1.
Pembentukan kesan
Menurut
sears dkk (1992) individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang
lain berdasarkan informasi yang terbatas.
Evaluasi : Kesan pertama. Menurut
sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi.
Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah
dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana
orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang
diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh
menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan. Konsistensi.
Individu cenderung membentuk
karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski
hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara
konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears
(dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif
sehingga mengalahkan evaluasi negatif.
2.
Ketertarikan Interpersonal
Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal
Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan
cara member ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah
satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak
penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung
menilai kita secara positif (Sears, 1992).
Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa
rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap
kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan
bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh
dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain
(Sears dkk., 1992).
Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang
diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka
kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore &
Byrne dalam Sears dkk., 1992)
C. Hubungan
Peran
Model
Peran
Terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan
nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran
mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan
isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa
sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai
situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran,
para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari
respons orang lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan
para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal
tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban
emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang
lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan
penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama.
Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah
pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari
pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional
pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot
emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain
peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi
bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian,
para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional.
Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan
masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai
masalah yang sedang dihadapi.
Konflik
Konflik adalah adanya
pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan
orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad
perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau
munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik
sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan
perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam
suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian
jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah,
tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan
antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi,
pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan
pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,
penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang
menjadi kambing hitam.
Adequancy
peran & autentisitas dalam hubungan
peran
Kecukupan perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (
ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
D. Intimacy dan
Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap
teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk
mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung
pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan
kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan
individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai
pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa
seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing
individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain
dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
E. Intimacy dan
Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran,
untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak
akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa
kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi
intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal
dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa
hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya
pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4)
kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai
pacaran bukan dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah keutamaan cinta
dibutuhkan.
B. CINTA DAN
PERKAWINAN
Memilih
Pasangan
Menikah mengandung tanggung jawab yang besar.
Oleh karena itu, memilih pasangan hidup juga merupakan hal yang harus
benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan petunjuk
tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat dan islami. Insya Allah
tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.
A. Beberapa kriteria memilih calon istri
1. Beragama islam (muslimah). Ini adalah
syarat yang utama dan pertama.
2. Memiliki akhlak yang baik. Wanita yang
berakhlak baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
3. Memiliki dasar pendidikan Islam yang baik. Wanita yang memiliki dasar pendidikan
Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan
selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan
dunia.
4. Memiliki sifat penyayang. Wanita yang
penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
5. Sehat secara fisik. Wanita yang sehat akan
mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan
ibu yang baik.
6. Dianjurkan memiliki kemampuan melahirkan
anak. Anak adalah generasi penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh
karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan agar memilih wanita yang mampu
melahirkan banyak anak.
7. Sebaiknya memilih calon istri yang masih
gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk
memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.
B. Beberapa kriteria memilih calon suami
1. Beragama Islam (muslim). Suami adalah
pembimbing istri dan keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat,
sehingga syarat ini mutlak diharuskan.
2. Memiliki akhlak yang baik. Laki-laki yang
berakhlak baik akan mampu membimbing keluarganya ke jalan yang diridhoi Allah
SWT.
3. Sholih dan taat beribadah. Seorang suami
adalah teladan dalam keluarga, sehingga tindak tanduknya akan ‘menular’ pada
istri dan anak-anaknya.
4. Memiliki ilmu agama Islam yang baik.
Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya
pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan
kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.
Hubungan
pernikahan
Mempercayai mitos salah bisa merusak
hubungan. Kenali hal-hal yang bisa memicu masalah dan pahami untuk diambil
manfaatnya.Menurut dr Susan Heitler, pengarang buku pernikahan, terapis
keluarga, psikolog, dan pendiri lembaga konseling Power of Two Marriage
mengatakan, setidaknya ada 6 mitos yang sering dipercaya orang mengenai
pernikahan dan bisa menyebabkan masalah di kemudian hari.Untuk memastikan
hubungan Anda berjalan baik dan bahagia, kenali dan pahamilah mitos-mitos yang
bisa merusak hubungan di bawah ini:
Pernikahan
adalah tentang kompromi
Kompromi, menurut Heitler bisa menjadi
kondisi yang menyebabkan kedua pihak dalam posisi kalah. Contoh, bila Anda
ingin tinggal di Jakarta, pasangan ingin tinggal di Bandung, kedua pihak akan
sangat tidak bahagia bila harus hidup di Yogyakarta.
Heitler menyarankan untuk pasangan berusaha
mencari jalan tengah yang memberikan kemenangan bagi kedua pihak. Latihlah diri
dan pasangan untuk selalu mencari hal yang membuat kedua pihak bahagia.
Bila kamu
cinta saya, kamu akan bilang saya benar
Di dalam pasangan, umum terjadi salah satu
pihak merasa paling benar dan pasangannya salah. Heitler menyarankan untuk
setiap pasangan saling menghormati.
Selalu dasarkan pikiran bahwa si dia adalah
orang yang cerdas, karena itu Anda memilih dia sebagai pasangan. Simak pendapat
si dia, cermati omongannya, tuangkan isi pikiran Anda juga di dalam
perbincangan. Satukan kedua perspektif, dan Anda berdua bisa mendapatkan
kebijaksanaan.
Jangan tidur
masih menyimpan marah
Bila masalahnya memang bisa diatasi sebelum
tidur, selesaikanlah. Bila masalahnya terlalu pelik dan sulit diatasi, cobalah
tidur dulu. Besok pagi masalahnya masih akan ada, namun Anda berdua akan lebih
mudah bicara dengan tenang untuk mencari solusi terbaik.
Hubungan
yang berlangsung bertahun-tahun akan menjadi membosankan
Hubungan yang sudah berlangsung
bertahun-tahun masih bisa terjalin menyenangkan bila keduanya terus berusaha
menginfuskan hal-hal menarik dan seru di dalamnya, baik berdua maupun per
orangan.Bila Anda berdua terus mencari hal-hal menyenangkan dan menarik untuk
diembuskan ke dalam hubungan, Anda berdua pun akan terus melihat satu sama lain
menyenangkan.
Cinta hilang
karena terlalu sering bertemu
Dalam mencintai seseorang sepanjang masa,
masing-masing akan selalu mencari cara baru untuk menikmati waktu bersama, baik
secara seksual maupun untuk saling ada bagi satu sama lain.Memang, alaminya,
keterbiasaan dan usia bisa mengurangi minat untuk berhubungan seksual. Namun,
pernikahan yang baik akan mengajarkan bagaimana membuat percik cinta itu tetap
menyala agar gairah seksual terus hidup. Itulah mengapa banyak orang
mengatakan, untuk menjaga hubungan terus berjalan dan langgeng, butuh usaha
dari kedua pihak.
Bila memang
sudah jodoh, hubungan akan berjalan alami dan tanpa masalah
Berhubungan pun butuh keterampilan. Hubungan
yang harmonis dan langgeng telah belajar untuk berkomunikasi secara kooperatif,
membuat keputusan bersama secara kolaboratif, menyelesaikan kemarahan dengan
cara yang mendidik keduanya belajar dari kesalahan, saling menanamkan
kepositivitasan, dan berinteraksi dengan niat baik yang konsisten, dan erupsi
amarah yang jarang terjadi.
Penyesuaian
dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan
sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan
bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan,
sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan
tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan
atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan
konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah
keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri
dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam
sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan
mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun
dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Banyak dari
orang-orang yang menikah pada akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah
berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan
pernikahannya, mereka bisa memintapemerintah untuk
dipisahkan(https://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian).
Faktor
penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
– Ketidakharmonisan
dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang
paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai.
Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis
keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah
keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih
mendetail.
-
Krisis moral
dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga,
perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang
dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang
tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang
dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak
kriminal, bahkan utang piutang.
– Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual
di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.
– Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh
suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan
mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi
kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri
untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba
menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
–
Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Menikah kembali setelah perceraian mungkin
menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba
untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan
mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka
biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Lalu
hal apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada
banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang
dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti
faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya
tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi,
semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan
kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi
pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau
sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal
yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua
manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam
kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Alternatif
Selain Pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung
memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah?
Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang.
Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita
waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi,
perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih
untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser,
apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang
melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita
melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di
atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan
yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh
seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka
telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di
angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan
akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat
posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang
masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para
pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi
alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada
prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan
hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang
lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu
yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi
alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum
memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang
karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna
sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya
tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita
cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk
dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi
tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata
ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari
usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama
dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat,
pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk
berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini
untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia
dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon?
Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh
pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran
keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran
telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan
agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang
juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam
suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang
anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan
atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan
bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri
masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok
di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang
perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan
pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam
suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para
perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan
sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria.
Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong
perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.

Note: Only a member of this blog may post a comment.