Tugas 2 Softskill

9:28 PM 0 Comments A+ a-

1.Penyesuaian Diri Dari Pertumbuhan

A.    Penyesuaian Diri
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri secara psikologis.


Penyesuain diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) .

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).

Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku di lingkungan tersebut.

Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.

B.    Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan diri itu adalah sebuah proses transformasi hidup. Perubahan atau transformasi ini terjadi melalui pembaharuan akal budi dan pikiran manusia. Tujuannya agar manusia memiliki kapabilitas untuk membedakan hal yang benar dan tidak benar, baik dan tidak baik. Transformasi akal budi dan pikiran tersebut dimaksud untuk mendorong perubahan kualitas hidup manusia.

2.Stress

Ø  Arti Penting Stress
Kita semua pernah mengalami stress.Tetapi sebenarnya stress tidak selalu jelek.Stress dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada , dan membantu orang melakukan penyesuaian.Sistem syaraf juga memerlukan rangsangan agar bisa tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.Secara umum yang dimaksud dengan stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan , perubahan , ketegangan emosi , dan lain-lain.Menurut Lazarus 1999(dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
Stress berbeda dengan stresor . Stresor adalah sesuatu yang menyebabkan stres.Stres itu sendiri adalah akibat dari interaksi timbal balik antara rangsangan lingkungan dan respons individu.
Ø  Tipe-Tipe Stress Psikologis
a) Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan.Frustasi adaa yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)

b) Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,kebutuhan atau tujuan.Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian yaitu approach-approach conflict,approach-avoidant conflict,avoidant-avoidant conflict.

c) Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat berasal dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu/

d) Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.

Ø  Respon Terhadap Stress

Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang menekan dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

Ø  Problem Solving

1.    Pola Sehat
Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.

2.    Pola Harmonis
Pola harmonis adalah pola menghadaapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu mengahadapi tugas secara tepat. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseibangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan.

3.    Pola Patologis

Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk.

Note: Only a member of this blog may post a comment.