Tugas 2 Softskill
1.Penyesuaian Diri Dari Pertumbuhan
A. Penyesuaian
Diri
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan
dengan lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia
pada awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya
berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri
secara psikologis.
Penyesuain diri dalam bahasa aslinya dikenal
dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery) .
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama
dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di
perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti
perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan barunya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama
dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan
memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana
individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial,
maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa
penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan
untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu
sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah
mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian
diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia.
Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan
sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru
yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang,
efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien
adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi,
waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang
ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan
sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang
ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku
di lingkungan tersebut.
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena
tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama
penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan
seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas
ini bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan
kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya
perbedaan kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan
masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya
perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan
turun dalam penyesuaian diri.
B. Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan diri itu adalah sebuah proses
transformasi hidup. Perubahan atau transformasi ini terjadi melalui pembaharuan
akal budi dan pikiran manusia. Tujuannya agar manusia memiliki kapabilitas
untuk membedakan hal yang benar dan tidak benar, baik dan tidak baik.
Transformasi akal budi dan pikiran tersebut dimaksud untuk mendorong perubahan
kualitas hidup manusia.
2.Stress
Ø Arti
Penting Stress
Kita semua pernah mengalami stress.Tetapi
sebenarnya stress tidak selalu jelek.Stress dalam tingkat yang sedang itu perlu
untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada , dan membantu
orang melakukan penyesuaian.Sistem syaraf juga memerlukan rangsangan agar bisa
tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.Secara umum yang
dimaksud dengan stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan , perubahan , ketegangan emosi , dan lain-lain.Menurut Lazarus
1999(dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah rasa cemas atau terancam yang
timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai
melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
Stress berbeda dengan stresor . Stresor
adalah sesuatu yang menyebabkan stres.Stres itu sendiri adalah akibat dari
interaksi timbal balik antara rangsangan lingkungan dan respons individu.
Ø Tipe-Tipe
Stress Psikologis
a) Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin
mencapai suatu tujuan.Frustasi adaa yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana
alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
b) Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua
atau lebih macam keinginan,kebutuhan atau tujuan.Bentuk konflik digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu approach-approach conflict,approach-avoidant
conflict,avoidant-avoidant conflict.
c) Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari
dan dapat berasal dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri
individu/
d) Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu
merasakan kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan rasa tidak nyaman yang tidak
terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Ø Respon
Terhadap Stress
Respon fisiologis; dapat ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
Respon kognitif; dapat terlihat lewat
terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau,
menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
Respon emosi; dapat muncul sangat luas,
menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu,
marah, dan sebagainya.
Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi
fight, yaitu melawan situasi yang menekan dan flight, yaitu menghindari situasi
yang menekan.
Ø Problem
Solving
1. Pola
Sehat
Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang
terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya
stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan
berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu
dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa
ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup
banyak.
2. Pola
Harmonis
Pola harmonis adalah pola menghadaapi stres
dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak
menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan
berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia
pun selalu mengahadapi tugas secara tepat. Dengan demikian, akan terjadi
keharmonisan dan keseibangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang
diberikan.
3. Pola
Patologis
Pola patologis adalah pola menghadapi stres
dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial psikologis. Dalam pola
ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara cara yang tidak
memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai
masalah-masalah yang buruk.

Note: Only a member of this blog may post a comment.