Hubungan Manusia Dengan Budaya
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu terciptat maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya itu sendiri.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Pembeda manusia dan binatang.
3. Wadah untuk menyalurkan perasaan perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
4. Sebagai modal dasar pembangunan.
5. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
6. Petunjuk manusia agar bertindak dan berperilaku sopan dalam pergaulan.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat, dinyatakan sebagai dialektis. maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu:
1. Obyektivitas disebut adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia atau sebagai upaya re-definisi nilai yang sudah ada pada kepercayaan dalam kesadaran diri manusia. Dalam tahap ini, muncul pertanyaan kritis tentang fungsi, materi, dan beberapa hal lain terkait dengan nilai yang sudah dipahami tersebut. Hasil perenungan kembali yang terkadang dibumbuhi dengan tindakan kontemplatif ini, terkadang melahirkan proposisi nilai atau pemahaman baru yang secara subyektif dianggap lebih baik dari proposisisebelumnya.
2. Internalisasi adalah tahap di mana realitas objektif hasil ciptaan manusia yang diserap oleh manusia kembali. Jadi, ada hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas eksternal atau proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial dll. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya.
3. Eksternalisasi adalah Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus-menerus ke dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental atau usaha ekspresi manusia atas re-definisinya terhadap nilai yang selama ini diyakini sebagai kebenaran. Ekspresi ini diwujudkan kepada orang lain atau kelompok yang secara kuantitatif lebih besar dengan tujuan untuk mewarnai atau bahkan dalam kondisi ekstrim merubah nilai-nilai semula dengan nilai baru yang diyakini kebenarannya. Tokoh atau kelompok yang merasa memiliki proposisi keyakinan baru seperti ini reralif militan.
Contoh-contoh hubungan antara manusia dengan kebudayaan
1. Adat-istiadat pernikahan dibudaya Betawi, biasanya saat calon pengantin pria datang akan diiringi dengan musik khas betawi, sesampainya di depan pelaminan/rumah si calon pengantin wanita, pihak dari pria akan maju untuk memberikan pantun salam yang akan dibalas oleh pihak dari wanita dengan pantun selamat datang.
Sumber : http://ulfanurizqiindaha.blogspot.co.id/2011/10/manusia-dan-kebudayaan.html
http://patriarizko12.blogspot.co.id/2009/10/pengertian-obyektivasi-internalisasi.html

Note: Only a member of this blog may post a comment.