Artificial Intelligence
Sejarah
Artificial Intelligence
Tahun 1950-an adalah periode awal
berkembangnya AI secara aktif. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada
1951 untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK)
adalah sebuah program permainan naskah yang ditulis oleh Christopher Strachey
dan program permainan catur yang ditulis oleh Dietrich Prinz. Ilmuwan John
McCarthy membuat istilah "kecerdasan buatan " pada konferensi pertama
yang disediakan untuk pokok persoalan ini, pada 1956. Dia juga menemukan bahasa
pemrograman Lisp. Kemudian Alan
Turing memperkenalkan "Turing test"
sebagai sebuah cara untuk mengoperasionalisasikan tes perilaku cerdas. Joseph
Weizenbaum membangun ELIZA, sebuah chatterbot
yang menerapkan psikoterapi Rogerian.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an,
penelitian dan penemuan-penemuan di bidang AI semakin gencar dilakukan. Seorang
ilmuwan bernama Joel Moses mendemonstrasikan kekuatan pertimbangan simbolis
untuk mengintegrasikan masalah di dalam program Macsyma, program berbasis
pengetahuan yang sukses pertama kali dalam bidang matematika. Ilmuwan lainnya, Marvin
Minsky dan Seymour Papert menerbitkan Perceptrons, yang mendemostrasikan batas
jaringan syaraf sederhana dan Alain Colmerauer mengembangkan bahasa komputer
Prolog. Ada juga Ted Shortliffe yang mendemonstrasikan kekuatan sistem berbasis
aturan untuk representasi pengetahuan dan inferensi dalam diagnosa dan terapi
medis yang kadangkala disebut sebagai sistem pakar pertama. Kemudian ada Hans
Moravec yang mengembangkan kendaraan terkendali komputer pertama untuk
mengatasi jalan berintang yang kusut secara mandiri.
Pada tahun 1980-an, jaringan syaraf
digunakan secara meluas dengan algoritma perambatan balik, pertama kali
diterangkan oleh Paul John Werbos pada 1974. Pada tahun 1982, para ahli fisika
seperti Hopfield menggunakan teknik-teknik statistika untuk menganalisis sifat-sifat
penyimpanan dan optimalisasi pada jaringan syaraf. Para ahli psikologi, David
Rumelhart dan Geoff Hinton, melanjutkan penelitian mengenai model jaringan
syaraf pada memori. Pada tahun 1985-an sedikitnya empat kelompok riset
menemukan kembali algoritma pembelajaran propagansi balik (Back-Propagation
learning). Algoritma ini berhasil diimplementasikan ke dalam ilmu komputer
dan psikologi. Tahun 1990-an ditandai perolehan besar dalam berbagai bidang AI
dan demonstrasi berbagai macam aplikasi. Lebih khusus Deep Blue, sebuah
komputer permainan catur, mengalahkan Garry Kasparov dalam sebuah pertandingan
6 game yang terkenal pada tahun 1997. DARPA menyatakan bahwa biaya yang
disimpan melalui penerapan metode AI untuk unit penjadwalan dalam Perang Teluk
pertama telah mengganti seluruh investasi dalam penelitian AI sejak tahun 1950
pada pemerintah AS.
Akibat dari banyaknya dampak positif yang
dirasakan banyak pihak atas adanya penemuan AI, maka penelitian tentang AI
hingga hari ini masih terus dilakukan.
B.
Artificial Intelligence
dan
Kognisi Manusia =
Kognisi adalah ilmu yang membahas tentang tentang hasil
dari proses berpikir individu terhadap sesuatu. Kognisi juga dapat diartikan
sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan. Proses dari kognisi sendiri adalah memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami,
menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi
biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi.
Manusia pada akhirnya mampu menyelesaikan segala
permasalahan-permasalah yang di hadapi karena manusia mempunyai pengetahuan dan
pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan cara belajar. Semakin banyak
pengetahuan didapat, maka manusia diharapkan akan lebih mampu dalam
menyelesaikan permasalahan. Manusia juga diberi akal untuk melakukan penalaran,
mengambil kesimpulan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer dengan tujuan
membuat mesin (komputer) yang dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang
dilakukan manusia. Pemahaman tentang kognisi manusialah yang kemudian
melahirkan sesuatu yang disebut dengan AI. Dengan menerapkan konsep dari
kognisi manusia, harapannya adalah, manusia dapat meminimalisir atau
mempermudah pekerjaan-pekerjaannya dengan bantuan AI yang notabenenya mampu
bekerja seperti cara kerja otak manusia.
Artificial
Intelligence dan Sistem
Pakar
Salah satu sub-pembahasan pokok dari AI adalah expert system atau sistem pakar. Sistem
pakar merupakan program komputer yang berfungsi dengan cara yang sama seperti
manusia ahli, yaitu memberikan saran-saran kepada pemakai mengenai cara
pemecahan masalah. Karena sistem pakar berfungsi sebagai konsultan, maka proses
penggunaannya disebut consultation,
yaitu pemakai meminta konsultasi untuk mendapatkan saran dari sistem pakar itu
sendiri. Ada beberapa sistem pakar yang digunakan, berikut penjelasannya:
a.
ELIZA
ELIZA
merupakan salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi. ELIZA
diciptakan oleh Joseph Weizenbaum (1996). Beberapa revisi ELIZA telah dibuat
dari konsep aslinya. Pada satu program yang spesifik, bernama DOCTOR, ELIZA
mengambil peran seperti seorang psikiater. Eliza adalah program AI yang
mensimulasikan perilaku terapis. Program pertama semacam ini adalah
dikembangkan pada tahun 1967 di MIT. Seperti program-program lainnya, program
ini berinteraksi dengan pengguna secara sederhana dengan bahasa Inggris dan
dapat mensimulasikan percakapan yang dikenal sebagai chatterbot.
b.
PARRY
Parry adalah sistem pakar yang juga
paling awal dikembangkan di Stanford University oleh seorang psikiater, Kenneth
Colby, yang menstimulasikan seorang paranoid. Mereka memilih seorang paranoid
sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem
paranoia memang ada, perbedaan respons psikotis dan respons normalnya cukup
hebat, dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek
keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respons simulasi komputer dan respon
manusia.
c.
NET TALK
NetTalk adalah sebuah program yang
belajar mengucapkan teks bahasa Inggris yang ditulis dengan menjadi teks yang
ditampilkan sebagai masukan dan pencocokan transkripsi fonetik untuk
perbandingan. Program ini jenisnya cukup berbeda, berdasarkan pada
jaring-jaring neuron, sehingga dinamakan NetTalk. Program ini dikembangkan oleh
Sejnowski di sekolah medis harvard dan Rosenberg di Univ. Princeton. Dalam
program ini, NetTalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras-keras. Model
simulasi jaring neuron terdiri atas beberapa ratus unit (“neuron”) dan ribuan
koneksi. NetTalk membaca keras-keras dengan cara mengkonversi tulisan menjadi
fonem-fonem, unit dasar dari suara sebuah bahasa. Sistem ini sama seperti
sistem lain yang sudah diketahui sebelumnya, memiliki tiga lapisan : lapisan
input, dimana setiap unit merespon sebuah tulisan, lapisan output dimana unit
menampilkan ke 55 fonem dalam bahasa Inggris, dan lapisan unit tersmbunyi
dimana setiap unit ditambahkan koneksinya pada setiap input maupun output.
NetTalk membaca dengan memperhatikan setiap tulisan satu demi satu, dan dengan
menscanning tiga tulisan pada setiap sisi demi sebuah informasi yang
kontekstual.
Penggunaan Artificial Intelligence sebagai Expert
System
Salah satu implementasi yang diterapkan sistem pakar
dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar menentukan jenis gangguan
perkembangan pada anak. Anak-anak merupakan fase yang paling rentan dan sangat
perlu diperhatikan satu demi satu tahapan perkembangannya. Contoh satu bentuk
gangguan perkembangan adalah conduct
disorder. Conduct disorder adalah
satu kelainan perilaku dimana anak sulit membedakan benar salah atau baik dan
buruk, sehingga anak merasa tidak bersalah walaupun sudah berbuat kesalahan. Dampaknya
akan sangat buruk bagi perkembangan sosial anak tersebut. Oleh karena itu
dibangun suatu sistem pakar yang dapat membantu para pakar/psikolog anak untuk
menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF). Metode certainty factor digunakan ketika
menghadapi suatu masalah yang jawabannya tidak pasti. Ketidakpastian ini bisa
merupakan probabilitas. Metode ini diperkenalkan oleh Shortlife Buchanan pada
tahun 1970-an. Beliau menggunakan metode ini saat melakukan diagnosis dan
terapi terhadap penyakit meningitis dan infeksi darah. Tim pengembang dari
metode ini mencatat bahwa, dokter sering kali menganalisa informasi yang ada
dengan ungkapan seperti “mungkin”, “hampir pasti”. Metode ini mirip dengan fuzzy logic, karena ketidakpastian
direpresentasikan dengan derajat kepercayaan sedangkan perbedaannya adalah pada
fuzzy logic saat perhitungan untuk rule yang premisnya lebih dari satu, fuzzy logic tidak memiliki nilai
keyakinan untuk rule tersebut
sehingga perhitungannya hanya melihat nilai terkecil untuk operator AND atau
nilai terbesar untuk operator OR dari setiap premis yang pada rule tersebut berbeda dengan certainty factor yaitu setiap rule memiiki nilai keyakinannya sendiri
tidak hanya premis-premisnya saja yang memiliki nilai keyakinan. Certainty factor menunjukkan ukuran
kepastian terhadap suatu fakta atau aturan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_buatan.
http://socs.binus.ac.id/2012/06/06/mengenal-kecerdasan-buatan-kini-dan-akan-datang/
Halim, S., & Hansun, S. (2015). Penerapan Metode Certainty Factor dalam Sistem Pakar
Pendeteksi Resiko Osteoporosis dan
Osteoartrithis. Universitas Multimedia
Nusantara, Tangerang, Indonesia.
Kusrini. (2006). Sistem
pakar teori dan aplikasi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Martiana, E. (2005). Modul ajar kecerdasan buatan: Introduction to artificial intelligence.
Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
